Sabtu, 17 Maret 2012


My New Experience in "Hammer City" (2)

Tanggal 13 kami berempat bersama mr.pyi dan pak agung berangkat menuju palu dengan transit selama 3 jam di Cengkareng dan tiba malam hari jam 9 malam di bandara Palu,saat kami keluar kami sudah disambut oleh Pak Rusli (dosen Universitas Tadulako yang mengambil S-3 di UGM) dan sekitar 12 orang mahasiswa Tadulako yang akan menemani kami selama di Palu
Kami diantar menuju rumah kosan yang bagus banget dan dapat dikatakan mewah,namun masih baru dan belum ada penghuni kosnya,kami berlima kecuali pak agung ditempatkan di kamar atas dengan fasilitas kamar mandi dalam,dan kipas angin,cukup mewah bila dibandingkan kosan di Yogya
Selama 1 bulan melakukan pemetaan aku ditemani enal,mahasiswa 2008 universitas tadulako asal Marowali,kesan “positifnya” orangnya baik dan “fighter” selama dilapangan,cukup dewa karena dianya yang sering ngebuka jalan selama di hutan,sering nemuin ular,ayam hutan,babi hutan sampe monyetpun yang aku sendiri gak lihat tapi yang kurang dari dia masalah sering bilang uangnya gak cukup akhirnya aku sendiri musti nombokin (selama di lapangan,dijatah makan 2 orang @20.000,uang bensin dan lainnya 25.000 total 65.000 anehnya selalu kurang padahal sekali makan 1 porsi gak lebih dari 20.000),gak masalah sebenernya karena memang orangnya baik dan selalu maksimal ngebantu selama dilapangan.

Banyak yang menarik selama di Palu :
1.     Selama di lapangan kesasar hutan kaktus, motong kontur, buka jalan, keinjek kaktus, ketemu berbagai macam hewan,mulai dari babi hutan,ular, ayam hutan,sapi donggala,monyet trus ketemu dengan bapak baik hati yang suka menolong (ketemu pas kesasar di hutan)

2.     Masalah makanan, lebih mahal dari di Yogya, nasi ayam goreng-bakar 12 ribu-14 ribu,  setiap pagi makan nasi kuning+kerupuk, nemuin es yang segernya luar biasa “Es Oyen”, makan makanan khas Palu KALEDO “kaki lembu donggala” jadi bener-bener Iga Sapi+kuah asam ditambah nasi/singkong rebus dan setiap iga sapi qta bisa “nyedot” sum-sum sapinya pake sedotan, es jeruk yang bener-bener jeruk gak asal-asalan kaya es jeruk jogja
3.     Uniknya di sana, warung “mas joko” ada di setiap tempat,bahkan pernah nemuin 4 warung berturut2 dengan nama “mas joko” di setiap 50-100 meter, sesame perantau asal jawa dengan nama awal yang sama mungkin aja joko sembung, joko tarub,joko tingkir, joko susilo joko sasongko lalalala
4.     Sering nemuin yang namanya tawuran dimana-mana,mulai dari antar keluarga,antar SMA,antar desa dll. Apalagi sekarang udah mau pilkada,wah tambah bahaya kalau kelamaan disana
5.     Ketemu tempat semacam porstitusi di Tondo (masuk daerah kapling),sengaja lewat soalnya mau ngambil data endapan pantai (coastal deposit) disitu, baru masuk aja udah dimintain uang 2000 per motor,setelah masuk ternyata semacam kampung satu dusun yang kehidupan saat siangnya seperti kehidupan normal,banyak anak-anak lagi main, ibu-ibu ngejemur pakaian dll, tapi yang aneh anak-anak yang main sambil megang botol “bir bintang” bekas semalam, trus ibu-ibu yang nongkrong depan rumah pada “berfose” dengan fose menantang, hampir di setiap rumah ada plakat kafe contohnya (yang diingat) café 88, Barcelona café, bintang café, setia café dll. Enal sang asisten setia ternyata sering jalan-jalan kesana dan cerita banyak kalau setiap malam udah mirip kaya legian bali,bedanya legian diisi ma turis internasional kalau tondo diisi produk lokal impor dari jawa dan sekitarnyadan para pengunjungnya biasanya para kuli bahkan bos2 yang kerja di daerah tambang. (pernah liat di TVone,polisi kedapatan “main” di Tondo,what??)
Hal yang mengenaskan itu mau jadi apa anak-anak mereka,kalau tau ibunya sendiri ternyata kelakuannya seperti itu L
6.     Pertama kali kami berempat ngisi semacam kuliah tamu di Universitas Tadulako,first time banget buat kami soalnya biasanya jadi peserta kuliah tamu dan sekarang malah jadi pembicara, awalnya dipikir cuma sharing tentang dunia geologi ternyata ada spanduk kuliah tamu dengan pembicara kami berempat+mr pyi,luar biasaa…bahasannya tentang konsep geologi mulai dari batuan,struktur,stratigrafi,geomorfologi sampe pemetaan geologi,terima kasih Universitas Tadulako

7.     Ketemu endapan (dalam geologi “belum terkonsolidasi/litifikasi menjadi batuan) yang tebel banget, belum pernah kami temukan selama fieldtrip di Jawa


Akhirnya petualangan kami berakhir tanggal 11 maret 2011, tepat di hari minggu, kami harus kembali ke kota tercinta YOGYAKARTA, walaupun harus transit 5 jam di Cengkareng,(bule dan Indra didatangi pacarnya masing2,terpaksa aku ma Ical jadi homo berdua barengan ma mr.Pyi) :) 

Overall, pengalaman yang luar biasa selama sebulan yang mungkin gak akan kami dapatkan dilain waktu,terimakasih buat seluruh temen-temen universitas Tadulako, Pak Rusli, bapak-ibu penjaga kos beserta fitrah yang selalu nemeni hari-hari kami di kosan,pak Agung setiyanto atas reconnaissance dan waktunya, pak Wahyu Wilopo yang datang disaat akhir pemetaan dan pastinya pak Subagyo Pramuwidjojo sebagai dosen pembimbing kami (get well soon,pak), terima kasih juga buat Mas Tatzky Reza dan Mas Swangga senior angkatan 2006 yang ngajak kami jalan-jalan ke Excelso dan dibayarin,sukses selalu mas bro….

1 komentar:

  1. sangat disanyangkan sy belum jadi mahasiswa geologi di untad pada masa itu, mau mengajukan free porter aslinya

    BalasHapus