My New Experience in "Hammer City" (2)
Tanggal 13 kami berempat
bersama mr.pyi dan pak agung berangkat menuju palu dengan transit selama 3 jam
di Cengkareng dan tiba malam hari jam 9 malam di bandara Palu,saat kami keluar
kami sudah disambut oleh Pak Rusli (dosen Universitas Tadulako yang mengambil
S-3 di UGM) dan sekitar 12 orang mahasiswa Tadulako yang akan menemani kami
selama di Palu
Kami diantar menuju rumah
kosan yang bagus banget dan dapat dikatakan mewah,namun masih baru dan belum
ada penghuni kosnya,kami berlima kecuali pak agung ditempatkan di kamar atas
dengan fasilitas kamar mandi dalam,dan kipas angin,cukup mewah bila
dibandingkan kosan di Yogya
Selama 1 bulan melakukan
pemetaan aku ditemani enal,mahasiswa 2008 universitas tadulako asal Marowali,kesan
“positifnya” orangnya baik dan “fighter” selama dilapangan,cukup dewa karena
dianya yang sering ngebuka jalan selama di hutan,sering nemuin ular,ayam
hutan,babi hutan sampe monyetpun yang aku sendiri gak lihat tapi yang kurang
dari dia masalah sering bilang uangnya gak cukup akhirnya aku sendiri musti
nombokin (selama di lapangan,dijatah makan 2 orang @20.000,uang bensin dan
lainnya 25.000 total 65.000 anehnya selalu kurang padahal sekali makan 1 porsi
gak lebih dari 20.000),gak masalah sebenernya karena memang orangnya baik dan
selalu maksimal ngebantu selama dilapangan.
Banyak yang menarik
selama di Palu :
1. Selama di lapangan kesasar hutan kaktus, motong
kontur, buka jalan, keinjek kaktus, ketemu berbagai macam hewan,mulai dari babi
hutan,ular, ayam hutan,sapi donggala,monyet trus ketemu dengan bapak baik hati
yang suka menolong (ketemu pas kesasar di hutan)
2. Masalah makanan, lebih mahal dari di Yogya, nasi
ayam goreng-bakar 12 ribu-14 ribu,
setiap pagi makan nasi kuning+kerupuk, nemuin es yang segernya luar
biasa “Es Oyen”, makan makanan khas Palu KALEDO “kaki lembu donggala” jadi
bener-bener Iga Sapi+kuah asam ditambah nasi/singkong rebus dan setiap iga sapi
qta bisa “nyedot” sum-sum sapinya pake sedotan, es jeruk yang bener-bener jeruk
gak asal-asalan kaya es jeruk jogja
3. Uniknya di sana, warung “mas joko” ada di setiap
tempat,bahkan pernah nemuin 4 warung berturut2 dengan nama “mas joko” di setiap
50-100 meter, sesame perantau asal jawa dengan nama awal yang sama mungkin aja
joko sembung, joko tarub,joko tingkir, joko susilo joko sasongko lalalala
4. Sering nemuin yang namanya tawuran
dimana-mana,mulai dari antar keluarga,antar SMA,antar desa dll. Apalagi sekarang
udah mau pilkada,wah tambah bahaya kalau kelamaan disana
5. Ketemu tempat semacam porstitusi di Tondo (masuk
daerah kapling),sengaja lewat soalnya mau ngambil data endapan pantai (coastal
deposit) disitu, baru masuk aja udah dimintain uang 2000 per motor,setelah
masuk ternyata semacam kampung satu dusun yang kehidupan saat siangnya seperti
kehidupan normal,banyak anak-anak lagi main, ibu-ibu ngejemur pakaian dll, tapi
yang aneh anak-anak yang main sambil megang botol “bir bintang” bekas semalam,
trus ibu-ibu yang nongkrong depan rumah pada “berfose” dengan fose menantang,
hampir di setiap rumah ada plakat kafe contohnya (yang diingat) café 88,
Barcelona café, bintang café, setia café dll. Enal sang asisten setia ternyata
sering jalan-jalan kesana dan cerita banyak kalau setiap malam udah mirip kaya
legian bali,bedanya legian diisi ma turis internasional kalau tondo diisi
produk lokal impor dari jawa dan sekitarnyadan para pengunjungnya biasanya para
kuli bahkan bos2 yang kerja di daerah tambang. (pernah liat di TVone,polisi
kedapatan “main” di Tondo,what??)
Hal yang mengenaskan itu mau jadi apa anak-anak mereka,kalau tau
ibunya sendiri ternyata kelakuannya seperti itu L
6. Pertama kali kami berempat ngisi semacam kuliah
tamu di Universitas Tadulako,first time banget buat kami soalnya biasanya jadi
peserta kuliah tamu dan sekarang malah jadi pembicara, awalnya dipikir cuma
sharing tentang dunia geologi ternyata ada spanduk kuliah tamu dengan pembicara
kami berempat+mr pyi,luar biasaa…bahasannya tentang konsep geologi mulai dari
batuan,struktur,stratigrafi,geomorfologi sampe pemetaan geologi,terima kasih
Universitas Tadulako
7. Ketemu endapan (dalam geologi “belum
terkonsolidasi/litifikasi menjadi batuan) yang tebel banget, belum pernah kami
temukan selama fieldtrip di Jawa
Overall, pengalaman yang
luar biasa selama sebulan yang mungkin gak akan kami dapatkan dilain
waktu,terimakasih buat seluruh temen-temen universitas Tadulako, Pak Rusli,
bapak-ibu penjaga kos beserta fitrah yang selalu nemeni hari-hari kami di
kosan,pak Agung setiyanto atas reconnaissance dan waktunya, pak Wahyu Wilopo
yang datang disaat akhir pemetaan dan pastinya pak Subagyo Pramuwidjojo sebagai
dosen pembimbing kami (get well soon,pak), terima kasih juga buat Mas Tatzky
Reza dan Mas Swangga senior angkatan 2006 yang ngajak kami jalan-jalan ke
Excelso dan dibayarin,sukses selalu mas bro….


sangat disanyangkan sy belum jadi mahasiswa geologi di untad pada masa itu, mau mengajukan free porter aslinya
BalasHapus